RSS

Tugas PIP

                                            Lingkungan Pendidikan


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya guna memenuhi tugas MKU Pengantar Ilmu Pendidikan yang diberikan oleh dosen MKU
Pengantar Ilmu Pendidikan, Ibu Sony  
 Makalah ini berisikan tentang Lingkungan Pendidikan, diantaranya adalah lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah, dan lingkungan pendidikan masyarakat;  serta pembahasan mengenai hubungan sekolah dan masyarakat.
Keberadaan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada kita tentang berbagai macam lingkungan pendidikan, bahwa kita dapat menerima pendidikan tidak hanya melalui lingkungan sekolah, tetapi pendidikan dapat kita terima dari lingkungan keluarga hingga lingkungan masyarakat.
Dengan keterbatasan yang kami miliki, kami menyadari makalah yang  kami susun masih mengandung berbagai kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, berbagai kritik dan saran bagi penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

            Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal ( sekolah ) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.
Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal..
Ketiga lingkungan pendidikan ini sering dirancukan dengan pemilahan pendidikan yang dikembangkan oleh Philip H Coombs, yaitu pendidikan formal, informal dan non formal. Menurutnya pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak berprogram, tidak terstruktur, berlangsung kapanpun dan dimana pun juga. Pendidikan formal adalah pendidikan berprogram, berstruktur dan berlangsung dipersekolahan. Sedangkan pendidikan nonformal adalah pendidikan yang berstruktur, berprogram dan berlangsung di luar persekolahan.  
           
1.2     Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
A.    Apakah yang dimaksud dengan Lingkungan Pendidikan?
B.     Apakah yang dimaksud dengan Tri Pusat pendidikan?
C.     Apa jenis-jenis dari Tri Pusat pendidikan?
D.    Bagaimanakah hubungan antara sekolah dan masyarakat?




1.3     Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
A.    Untuk mengetahui apa itu Lingkungan pendidikan
B.     Untuk mengetahui apa itu tripusat pendidikan
C.     Untuk mengetahui jenis – jenis dari tripusat pendidikan
D.    Untuk mengetahui hubungan antara sekolah dan masyarakat.



BAB II
            KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Lingkungan Pendidikan
      Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan lingkungan adalah daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk didalamnya. Sedangkan Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan dengan pengertian demikian dipilah menjadi lingkungan alam hayat, lingkungan alam nonhayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik scara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan Lingkungan Pendidikan dapat diartikan sebagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan dapat pula diartikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.
Lingkungan secara langsung dan tidak langsung akan membawa pengaruh terhadap pendidikan anak di berbagai aspek. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan perlu dibangun untuk mendukung pendidikan anak agar bisa diterima dengan lebih baik dalam segala aspek. Lingkungan pendidikan sendiri mempunyai makna sebagai lingkungan yang berada di sekitar anak didik yang dipakai sebagai sarana dalam proses pendidikan dengan unsur kesengajaan. Sarana yang dipakai dalam proses pendidikan tersebut meliputi rumah dan keadaannya, pakaian, alat permainan dan peraga, buku-buku, serta masih banyak lagi. Tentu keterlibatan lingkungan pendidikan bagi anak didik mempunyai fungsi tersendiri. Lingkungan pendidikan berfungsi untuk membantu anak didik dalam melakukan interaksi dengan lingkungan di sekitarnya yang dapat berupa berbagai hal. Lingkungan di sekitar anak didik tersebut terutama berkaitan dengan berbagai sumber daya pendidikan yang disediakan sehingga tujuan pendidikan yang lebih optimal dapat dicapai dengan baik.



B.     Pengertian Tripusat Pendidikan
Jika seorang anak didik berada dalam lingkungan tertentu, tidak bisa dipungkiri bahwa akan ada berbagai macam pendidikan yang akan ia peroled baik melalui pergaulan dengan orang lain maupun pengamatan terhadap keadaan yang ada dalam lingkungan tersebut. Lingkungan yang berpengaruh terhadap pendidikan anak sendiri menurut Ki Hajar Dewantara terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan ini kemudian lebih dikenal sebagai tripusat pendidikan.
Tri Pusat Pendidikan adalah tiga pusat yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
Hal itu juga dikemukakan oleh para tokoh pendidikan, hanya saja ada perbedaan dalam menentukan ketiga pusat pendidikan tersebut, diantaranya : Menurut Dr. M.J Langeveld mengemukakan tiga macam lembaga pendidikan yaitu :
a. Keluarga
b. Negara
c. Gereja. 1
Menurut Ki Hajar Dewantoro mengemukakan system Tri Centra dengan menyatakan :
“Didalam hidupnya anak- anak ada tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda”.2
Dari kedua pendapat tersebut itu, kini lahir istilah Tri Pusat Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003, yang meliputi :
a) Pendidikan keluarga
b) Pendidikan sekolah
c) Pendidikan masyarakat
Yang mana tiga tempat pergaulan atau lembaga pendidikan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk kepribadian serta tingkah laku anak.




BAB III
PEMBAHASAN

C.     Jenis-jenis Tri Pusat Pendidikan

1.      Lingkungan Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan searah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu, dan anak ). Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang dengan baik.
Pendidikan keluarga disebut pendidikan utama, karena di dalam lingkungan ini segala potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagian dikembangkan. Bahkan ada beberapa potensi yang telah berkembang dalam pendidikan keluarga. Padahal para pakar pendidikan sepakat bahwa kemampuan pendidikan hanya pada batas potensi yang dimiliki manusia
Dalam kajian antropologis disebutkan bahwa manusia mengenal pendidikan sejak manusia ada. Pendidikan dimaksud adalah pendidikan keluarga. Pendidikan dimaksud berlangsung pada masyarakat masih tradisional. Dalam masyarakat demikian struktur masyarakat masih sangat sederhana, sehingga ruang lingkup kehidupan anak sebagian besar masih terbatas pada keluarga. Fungsi keluarga pada masyarakat demikian meliputi fungsi produksi dan fungsi konsumsi sekaligus secara “absolut”. Kedua fungsi ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak selanjutnya.
Adanya berbagai tekanan dari luar dalam bentuk modernisasi, dan mobilitas sosial baik secara vertikal maupun horizontal, fungsi kehidupan keluarga pun mengalami perubahan. Fungsi konsumsi keluarga relatif tetap bertahan, namun fungsi produksi mengalami banyak perubahan. Setiap keluarga tetap memerlukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, namun tidak dapt disediakan sendiri. Dengan demikian keluarga telah mulai kehilangan fungsi produksinya.
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya meliputi hal-hal sebagai berikut :
Ø  Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan untuk menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak.
Ø  Motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggung jawab moral ini meliputi nilainilai religius spiritual untuk memelihara martabat dan kehormatan keluarga.
Ø  Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari msyarakat. (Noor Syam 1981)
Pendidikan keluarga berfungsi:
  • Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
  • Menjamin kehidupan emosional anak
  • Menanamkan dasar pendidikan moral
  • Memberikan dasar pendidikan sosial.
  • Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.

2.      Lingkungan Pendidikan Sekolah
Setelah perkembangan peradaban manusia, orang merasa tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin kompleks dan terspesialisasi, seorang anak memerlukan persiapan yang khusus untuk memasuki usia dewasa. Persiapan ini memerlukan waktu yang khusus, tempat yang khusu, dan proses yang khusus pula. Dengsn demikisn secara objektif orang tua memerlukan lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini dalam perkembangan lebih lanjut dikenal dengan sekolah. Secara hakiki sekolah tersebut bukan mengoper tugas orang tua sebagai pendidik, tetapi sekedar sebagai pelengkap pendidikan yang diberikan oleh orang tua.
Di Indonesia sekolah pada awalnya berupa pecantrikan. Peserta didiknya disebut cantrik. Pendidiknya disebut guru atau suhu. Isi pendidikannya adalah agama (Agama Hindu dan Budha), ulah kanurangan dan jaya kewijayan (bela diri), kesusasteraan, unggah-ungguh atau etika. Pecantrikan pada awalnya diperuntukkan bagi para keturunan bangsawan (priyayi), namun setelah perkembangan lebih lanjut masyarakat jelata pun mengembangkannyadibantu oleh para pujangga bijak kerajaan. Pecantrikan yang demikian lebih menekankan pendidikan ulah kanurangan dan jaya kawijayan dengan harapan mereka dapat menjadi prajurit (termasuk golongan priyayi).
Setelah orang barat masuk ke Indonesia, sistem pendidikan ikut terpengaruh. Orang barat khususnya Belanda memperkenalkan sistem pendidikan mereka. Sistem pendidikan ini lebih banyak pada kalangan bangsawan dari Timur jauh daripada rakyat jelata. Sementara kaum populis tetap mengembangkan sistem pendidikan pondok pesantren. Pondok pesantren semakin mendapat tempat setelah orang-orang Indonesia mengembangkan faham kebangsaan dalam rangka mengusir penjajah. Sementara itu istilah sekolah nampaknya bersumber dari sistem pendidikan Belanda (School).
Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral dan belantara pendidikan manusia. Sekolah tidak lagi berfungsi sebagai pelengkap pendidikan keluarga. Hal ini karena pendidikan telah berimbas pola pikir ekonomi yaitu efektifitas dan efisiensi. Pola pikir efektifitas dan efisiensi ini telah menjadi semacam ideologi dalam pendidikan.
Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi tiga hal, yaitu:
Ø  Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku (perundangan dalam pendidikan);
Ø  Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk isi, tujuan dan jenjang pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara;
Ø  Tanggung jawab fungsional adalah tanggung jawab profesional pengelola dan pelaksanaan pendidikan yang menerima ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya.
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut;
  • Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
  • Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
  • Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
  • Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.
Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah antara lain :
a.       Pengajaran yang mendidik
b.      Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan ( BP ) di sekolah
c.       Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat/sumber belajar ( PSB )
d.      Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan sekolah.
e.       Masyarakat


3.      Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Menurut Soerjono Soekanto (1998), dalam setiap masyarakat, baik yang sederhana maupun yang kompleks, terbelakang atau maju, pasti terdapat pranata-pranata sosial. Kalau dianalisis paling tidak ada 5 pranata sosial yang terdapat dalam sistem masyarakat, yaitu:
1.      Pranata pendidikan
2.      Pranata ekonomi
3.      Pranata politik
4.      Pranata teknologi, dan
5.      Pranata moral atau etika
Dalam banyak hal sekolah juga dinilai telah tertinggal dari masyarakatnya. Kini sekolah banyak belajar dari masyarakat. Hal ini karena berbagai inovasi khususnya dalam bidng teknologi, telah lebih dahulu terjadi di dalam masyarakat daripada di sekolah. Hal ini sebenarnya adalah sesuatu yang waja, mengingat sekolah hanyalah salah satu pranata yang ada dalam masyarakat diantara empat pranata yang lain. Selain itu masyarakatlah yang memiliki berbagai sumber daya yang memungkinkan untuk mengembangkan berbagai inovasi. Sedangkan sekolah hanya berperan serta untuk mencetak manusia yang berkepribadian inovatif, meskipun dalam banyak hal dapat pula atau harus sebagai inovator.
Sehubungan dengan hal itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengakrabkan sekolah dengan masyarakat. Beberapa hal yang telah dilakukan antara lain Komite Sekolah, adanya berbagai bantuan finansial terhadap pembangunan kelengkapan sekolah, sistem magang, KKN, PKL, dan lain-lain. Akan tetapi dalam banyak hal, khususnya yang dilakukan di sekolah, masih bersifat formalitas atau bahkan “upacara”. Belum ada formula yang mampu mengatasi persoalan ini.


D.    Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Analisis mengenai hubungan sekolah dengan masyarakat sebenarnya merupakan penyederhanaan konsep, sebab sekolah merupakan salah satu wujud pranata pendidikan, sedangkan pranata pendidikan merupakan salah satu pranata sosial yanga ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, sekolah sebenarnya adalah dengan merupakan bagian dari masyarakat. Slain itu konsep masyarakat sebenarnya termasuk juga keluarga, karena masyarakat merupakan himpunan dari keluarga-keluarga. Akan tetapi hal ini perlu dilakukan mengingat punya maksud agar para mahasiswa jalur kependidikan sebagai calon guru mampu mengembangkan konsep-konsep dan aplikasi dalam usaha mengakrabkan sekolah dengan masyarakatnya.


1.      Hubungan Transaksional antar Sekolah dengan Masyarakat
Menurut Sanafiah Faisal (1980) dalam buku Daspend.MKDK IKIP Malang, hubungan antara sekilah dengan masyarakat paling tidak dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
a.       Sekolah sebagai partner masyarakat dalam melakukan fungsi pendidikan; dan
b.      Sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat.
Dari segi pertama menempatkan sekolah dan masyarakat dalam posisi yang sejajar dalam hal menjalankan fingsi pendidikan. Antara keduanya terdapat hubungan yang fungsional. Berhasil tidaknya pendidikan yang satu ditentukan juga oleh berhasil tidaknya pendidikan lain. Keberhasilan pendidikan seseorang dalam sekolah ditentukan juga oleh pengalaman dalam masyarakatnya. Kegiatan keseharian, harapan orang tua, teman pergaulan, kondisi lingkungan fisik, dan lain-lain sangat menentukan keberhasilan pendidikan seseorang di sekolah.
Sedangkan dari segi yang kedua hubungan sekolah dengan masyarakat, masing-masing dipandang memiliki hubungan yang rasional sesuai dengan kebutuhan. Sekolah sebagai produsen dituntut untuk mengakomodasi keinginan masyarakat terhadap pendidikan.
Hubungan yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat tidak akan terjadi dengan sendirinya meskipun masing-masing lembaga saling membutuhkan. Oleh karena itu pihak sekolah (kepala sekolah, guru, dan pegawai administratif) hendaknya melakukan berbagai usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis tersebut.

2.      Hubungan Transmisi dan Transformasi
Hubungan transmisif terjadi manakala sekolah berperan sebagai pewarisan kebudayaan. Kebudayaan diartikan sebagai seperangkat sistem ide, tingkah laku, dan benda, yang dimiliki sekelompok masyarakat, yang diperoleh melalui proses belajar. Kebudayaan ini tidak dengan sendirinya ada dalam diri anak (mirid). Kebudayaan ini diwariskan kepada generasi berikutnya melalui proses ditransmisikan atau diajarkan. Kebudayaan yang ditransmisikan ini tentunya kebudayaan yang dinilai baik dalam arti mampu menciptakan kelangsungan dan kebahagiaan kehidupan masyarakat.
Hubungan transformatif terjadi manakala sekolah berperan sebagai agen pembaharu dalam kebudayaan masyarakat. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, beberapa wujud budaya dinilai lagi tdak kondusif untuk perkembangan masyarakat. Secara ideal sekolah dituntut untuk melakukan inovasi hal tersebut. Dalam kaitan ini ada beberapa hal yang mungkin dilakukan siswa SD, yaitu reproduksi budaya, difusi budaya dan berpikit kreatif.
Dalam reproduksi budaya, murid dibelajarkan untuk melakukan penggalian unsur-unsur budaya yang telah ada dalam masyarakatnya. Beberapa nilai budaya yang dinilai positif dan cenderung memudar, dapat direproduksi dengan berbagai penyesuaian.
Dalam difusi kebudayaan, murid dibelajarkan agar dapat menyebarluaskan unsur-unsur budaya yang dinilai positif dan belum dimiliki masyarakat, kepada masyarakatnya. Proses difusi ini tentunya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Sedangkan kemampuan berpikir kreatif ini perlu terus dikembangkan dan ditanamkan dalam diri murid, sehingga pada gilirannya tercipta manusia pembaharu. Berpikir kreatif artinya berpikir divergen, berpikir alternatif “berani tampil beda”.


BAB IV
PENUTUP
Ø  Simpulan
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak khususnya keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tripusat pendidikan itu baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan, yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya manusia pembangunan yang bermutu. Dengan demikian, pemenuhan fungsi dan peranan itu secara optimal merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan nasional.
Terdapat hubungan antara sekolah dengan masyarakat,yaitu hubungan transaksional; dan hubungan transmisi dan transformasi. Masing-masing hubungan tersebut merupakan penentu keberhasilan pendidikan yang terjadi di dalam sekolah maupun masyarakat.

Ø  Saran
Melihat kenyataan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal diperlukan sebuah hubungan timbal balik yang yang erat maka diperlukan sebuah koordinasi antar lingkungan pendidikan. Dalam menentukan kurikulum lingkungan formal (sekolah) baiknya untuk mepertimbangankan faktor lingkungan keluarga dan masyarakat. Bahkan kalau memungkinkan melibatkan keluarga anak didik dan tokoh masyarakat dalam merumuskan kurikulum pendidikan.

Perlunya peningkatan pelayanan dari tripusat pendidikan kepada peserta didik agar dapat meningkatkan tiga kegiatan pendidikan (membimbing, mengajar, dan melatih) sehingga dapat meningkatkan perkembangan peserta didik kearah yang lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA
Munib Achmad.2012.Pengantar Ilmu Pendidikan.Semarang:UPT UNNES Press


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: